Blogger Backgrounds

Rabu, 13 November 2013

Paragraf  Deduktif

MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH

Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) memiliki rencana untuk mengurangi atau bahkan menghentikan stimulus moneter. Rencana tersebut dinamakan dengan Stimulus The Fed atau yang ering disebut dengan Quantitative Easing (QE). Dengan rencana  diperkirakan akan membuat keluarnya dana asing yang ditempatkan di negara berkembang.
Quantitative Easing (QE) sendiri didefinisikan sebagai salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara guna meningkatkan jumlah uang beredar (money supply) di pasar.Dengan kebijakan QE bank sentral akan meningkatkan jumlah uang beredar dengan melakukan pembelian  berbagai aset investasi termasuk surat-surat berharga dan saham guna memperbanyak uang cash dalam pasar keuangan hingga meningkatkan likuiditas mata uang tersebut. Hal ini akan menyebabkan laju inflasi akan meningkat dan jumlah uang yang beredar yang meningkat akan makin melemahkan nilai mata uang. Tujuan Quantitative Easing adalah menambah jumlah uang yang beredar dengan pertambahan kredit yang akhirnya dapat merangsang arus uang di ekonomi seiiring dengan meningkatnya pembelanjaan. The Fed akan menarik uang ke pasar secara bertahap sebesar US$ 80 miliar per tahap. Hal ini akan menyebabkan ditariknya dollar dari pasar termasuk dari Indonesia.


            Dengan ditariknya mata uang dolar di Indonesia menyebabkan nilai mata uang rupiah terhadap dolar melemah. Selain itu Indonesia juga mengalami pelemahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tidak hanya di Indonesia saja beberapa negara emerging markets (negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) juga ikut merasakan dampak dari penghentian stimulus oleh bank setral Amerika Serikat. Saat ini rupiah tukar rupiah terhadap dolar AS telah mencapai Rp 11.450,00.- . Berikut akan disajikan grafik melemahnya nilai mata uang negara emerging market terhadap dolar. 

Tabel 1
Nilai Tukar Mata Uang Emerging Markets vs. Dollar AS, Januari-Agustus 2013
Indeks, 15 Mei 2013 = 100

Sumber: Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial Commentary, 30 Agustus 2013, hlm. 4, https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weekly-commentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf.


Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawaran tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang tersebut akan meningkat, apabila penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi dan permintaan atasnya rendah. Faktor yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi sedangkan permintaan atas Rupiah rendah yaitu:
1.      Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari indonesia.
2.      Neraca nilai perdagangan yang Indonesia mengalami defisit.

Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia disebabkan oleh para investor di Indonesia menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang negara lainnya uang tersebut digunakan untuk berinvestasi di negara lainnya. Ini adalah akibat dari rencana pengurangan Quantitative Easing (QE) oleh The Fed. Hal ini dapat dilihat dari IHSG yang semakin menurun. Berikut akan disajikan tabel IHSG yang mengalami penurunan seiiring dengan melemahnya nilai mata uang rupiah.
  
Tabel 2
IHSG April-Agustus 2013



Faktor kedua yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah melemah adalah neraca nilai perdagangan yang Indonesia mengalami defisit. Artinya adalah ekspor lebih kecil dari pada impor. Ekspor akan menyebabkan meningkatnya permintaan atas mata uang Rupiah, karena dalam ekspor terjadi pertukaran mata uang negara yang dituju dengan mata uang eksportir. Pertukaran yang terjadi karena eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negara Indonesia agar dapat digunakan dalam usahanya. Dan pada tahun 2013 Indonesia telah mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$ 3,3 miliar. Defisit neraca perdagangan Indonesia terbesar disebabkan oleh importasi minyak Indonesia. Berikut akan disajikan tabel yang menggambarkan defisit neraca perdagangan di Indonesia.

Tabel 3
Neraca Nilai Perdagangan Indonesia, Januari-Juli 2013
(Miliar US$)



Ekspor
Impor
Neraca
Bulan
Migas
Nonmigas
Total
Migas
Nonmigas
Total
Migas
Nonmigas
Total
Januari
2,66
12,72
15,38
3,97
11,48
15,45
-1,31
1,24
-0,07
Februari
2,57
12,45
15,02
3,64
11,67
15,31
-1,07
0,78
-0,29
Maret
2,93
12,09
15,02
3,90
10,99
14,89
-0,97
1,10
-0,13
April
2,45
12,31
14,76
3,63
12,83
16,46
-1,18
-0,52
-1,70
Mei
2,92
13,21
16,13
3,44
13,22
16,66
-0,52
-0,01
-0,53
Juni
2,80
11,96
14,76
3,53
12,11
15,64
-0,73
-0,15
-0,88
Juli
2,28
12,83
15,11
4,14
13,28
17,42
-1,86
-0,45
-2,31
Jan-Juli
18,61
87,57
106,18
26,25
85,58
111,83
-7,64
1,99
-5,65
Sumber: Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, No. 58/09/Th. XVI, 2 September 2013, hlm. 14,http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_02sep13.pdf.

Dengan melemahnya nilai tukar rupiah dapat secara langsung dilihat dampaknya. Dampak yang dirasakan adalah meningkatnya barang komoditi impor baik itu yang menjadi objek konsumsi maupun alat produksi ( bahan baku dan barang modal). Kenaikan harga tersebut dikarenakan komoditi impor dipatok dengan mata uang negara asalnya. Dengan terjadinya kenaikan harga-harga barang maka akan menyebabkan terjadinya inflasi, pada bulan Agustus 2013 inflasi telah mencapai 1,24%. Naiknya harga barang impor akan merugikan pihak konsumen jika tidak dapat mengimbanginya dengan pendapatan yang mereka terima, selain itu juga pihak usahawan yang alat-alat produksinya terutama bahan bakunya semua berasaal dari impor. Selain meningkatnya harga barang impor dampak yang terjadi akibat menurunnya nilai tukar rupiah menyebabkan naikknya nominal rupiah dari hutang luar negeri. Naiknya nominal rupiah dari hutang luar negeri akan berdampak pada hutang swasta, hutang pemerintah dan meningkatnya penawaran terhadap rupiah.
Namun tidak semua dirugikan akibat melemahnya nilai mata uang Rupiah beberapa sektor usaha yang dapat mendapat untung dari melemahnya nilai tukar Rupiah. Sektor yang merasakan dampak positif tersebut adalah pengusaha ekspor yang bahan bakunya sebagian besar berasal dari dalam negeri contohnya adalah eksportir kakao di Sulawesi Selatan, dan para pengusah ekspor yang sudah bertransaksi dengan menggunakan mata uang dolar AS.

Keterangan : kalimat yang digaris bawahi adalah kalimat utama dari paragraf deduktif.

Sumber : http://lipsus.kontan.co.id/v2/finansial_investasi/read/151/Ekonomi-Indonesia-di-antara-defisit-inflasi-dan-Pemilu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar