Tugas Softskill ke-4
Etika Profesi
Akuntansi
Nama : Lia Septyana Maharany
NPM : 24211095
Kelas :4EB18
1.
Tahap-Tahap Perkembangan
Moral Lawrence Kohlberg
Dalam
penelitiannya Lawrence Kohlberg merumuskan tiga tingkatan yang masing-masing
dibagi lagi menjadi dua tahap. Ketiga tingkat itu adalah tingkat
Prakonvensional, Konvensional, Pasca-Konvensional.
Level 1 : Prakonvensional (Preconventional)
Pada tingkat ini, anak sering kali
berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan
buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman,
ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan
peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini
biasanya pada anak-anak berusia empat hingga sepuluh tahun.
Stage
1 : Orientasi Hukuman dan Kepatuhan (Punishment
and Obedience Orientation)
Pada tahap ini perkembangan moral
didasarkan atas hukuman, seseorang memfokuskan diri pada konsekuensi langsung
dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Akibat fisik tindakan, terlepas
arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan sifat buruk dari
tindakan ini.
Stage
2 : Orientasi Relativis-Instrumental ( Instrumental
– Relativist Orientation)
Pada tahap ini perbuatan yang benar
adalah perbuatan yang secara instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri
dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti
hubungan di tempat umum. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan
persamaan pembagian. Timbal balik dipahami sebagai pertukaran yang sama nikmat
“Anda melakukan ini untuk saya dan saya akan melakukannya untuk anda”.
Level 2 : Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menuruti
harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang
bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.
Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya,
tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
Stage
3 : Orientasi Kesepakatan Antara Pribadi atau Orientasi “Anak Manis”
Pada tahap ini perilaku yang baik
adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain, dan yang disetujui
oleh mereka. Terdapat banyak konformitas dengan gambaran-gambaran sterotip
mengenai apa yang dianggap tingkah laku mayoritas atau tingkah laku yang
“wajar”. Perilaku kerap kali dinilai menurut nilai, ungkapan :ia bermaksud
baik” untuk pertama kalinya menjadi penting dan digunakan secara
berlebih-lebihan.
Stage
4 : Orientasi Hukum dan Ketertiban
Pada tahap ini orientasi kepada
otoritas, peraturan yang pasti dan pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan
yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap
otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata aturan itu
sendiri. Orang mendapatkan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajibannya.
Level 3 :
Pasca-Konvensional
Pada level ini dicirikan oleh dorongan
utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang memiliki validitas
dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi
yang memegangnya dan terlepas juga dari identifikasi individu itu sendiri
dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat ini
terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau
orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.
Stage
5 : Orientasi Kontrak Sosial Legalistis
Pada tahap ini perbuatan yang benar
cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah
diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat suatu
kesadaran yang jelas mengenai relativisme niali-nilai dan pendapat-pendapat
pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai
kesepakatan. Terlepas dari apa yan gdisepakati secara konstitusional dan
demokratis, yang benar dan salah
merupakan soal nilai dan pendapat pribadi. Hasilnya adalah suatu tekanan atas
sudut pandang legal.
Stage
6 : Orientasi Prinsip Etika Universal
Orientasi pada keputusan suara hati dan
pada prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemahaman
logs, menyeluruh, universal, dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat
abstrak dan etis ( kaidah emas, kategoris imperatif). Prinsip-prinsip ini
adalah prinsip-prinsip universal mengenai keadilan, timbal balik, dan persamaan
hak asasi manusia (HAM), serta rasa hormat terhadap martabat manusia sebagai
person individual.
2.
Faktor yang Menentukan
Tingkatan Intensitas Masalah Etika
Terdapat
4 tingkatan intensitas mengenai etika, yaitu :
a. Etika atau moral pribadi
Etika
atau moral pribadi adalah yang memberikan teguran tentang baik atau buruk, yang
sangat tergantung kepada beberapa faktor antara lain pengaruh orang tua, adat
istiadat, dan pengalaman masa lalu.
b. Etika Profesi
Etika
profesi adalah serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan
profesi tertentu.
c. Etika Organisasi
Etika
organisasi adalah serangkaian aturan dan norma yang bersifat formal dan tidak
formal yang menuntun perilaku da ntindakan anggota organisasi yang
bersanngkutan.
d. Etika Sosial
Etika
sosial adalah norma-norma yang menuntun perilaku dan tindakan anggota
masyarakat agar keutuhan kelompok dan
anggota masyarakat selalu terjaga atau terpelihara.
3.
Jenis-Jenis Penyimpangan
Di Tempat Kerja
Penyimpangan ditempat kerja adalah
perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi mengenai benar atau
salah. Terdapat 4 jenis penyimpangan di tempat kerja, yaitu :
a. Penyimpangan Produksi
Perilaku
tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produks. Seperti : pulang lebih
awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja membuang-buang
sumber daya.
b. Penyimpangan Hak Milik
Perilaku
tidak etis terhadap harta milik perusahaan, seperti : menyabot, mencuri atau
merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil
kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
c. Penyimpangan Politik
Penyimpangan
politik adalah penyimpangan yang menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan
orang lain dalam perusahaan. Seperti: mengambil keputusan berdasarkan pilih
kasih dan bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh
orang lain atas kesalahan yang dibuat.
d. Penyerangan Pribadi
Penyerangan
pribadi adalah sikap bermusuhan atau perilaku menyerang terhadap orang lain.
Seperti : pelecehan seksual, perkataan kasar, mencuri dari rekan kerja,
mengancam rekan kerja secara pribadi.
Terimakasih
.... J
Sumber
:
http://alifiaz.blogspot.com/2013/04/perkembangan-moral-menurut-lawrence.html
http://blog.stie-mce.ac.id/rina/2011/11/14/etika-manajerial/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar