Tugas Softskill 1
Lia
Septyana Maharany
24211095
4EB18
ETIKA
PROFESI AKUNTANSI
1. ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
Pengertian
Etika
Etika
berasal dari bahasa Yunani yakni “Ethos”
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan dimana etika
berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran
atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika (Yunani Kuno : “Ethikos” yang memiliki arti timbul dari
kebiasaan) adalah sesuatu yang dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Dalam etika, etika mencangkup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
St.
John of Damascus (abd ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat
praktis (Practical philosophy).
Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah
diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.
Secara
metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakuakn refleksi
karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-lmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandanh normatif. Maksudnya
etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Definisi
Etika Menurut Para Ahli
a.
Menurut Bertens
Etika adalah nilai-nilai atau
norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
b.
Menurut KBBI
Etika dirumuskan ke dalam 3 arti yaitu:
1) tentang apa yang baik dan apa yang buruk 2) nilai yang berkenaan dengan
akhlak 3)mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
c.
Menurut Sumaryono (1995)
Etika berkembang menjadi studi tentang
manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain
itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
d.
Menurut Maryani & Ludigdo (2001)
Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat
profesi.
Prinsip
– Prinsip Etika
Prinsip etika profesi
dalam kode etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada
publik, pemakaian jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku
etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk
berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Berikut ini
adalah delapan prinsip etika yang telah ditentukan ketetapannya :
1. Tanggung
Jawab Profesi
Dalam
prinsip tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota berkewajiban
menggunakan perbandingan moral dan profesional setiap melakukan kegiatannya. Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka.
2. Kepentingan
Publik
Setiap
anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
3. Integritas
Integritas
adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan standar bagi
anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus menjaga tingkat
integritasnya dengan terus memaksimalkan kinerjanyaa serta mematuhi apa yang
telah menjadi tanggung jawabnya.
4. Objektivitas
Objektivitas
adalah suatu kualitas yang memberika nilai atas jasa yang diberikan anggota
berdasarkan apa yang telah pemberi nilai dapatkan. Prinsip objektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual,
tidak berprasangka aau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada
di bawah pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi
dan Kehati-Hatian Profesional
Setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap
anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku
Profesional
Setiap
anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar
Teknik
Setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerimaan
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.
Basis
Teori Etika
Basis teori etika
terbagi menjadi 4 (empat), yaitu :
1.
Etika
Teleologi
Istilah
Teleologi berasal dari kata Yunani yakni “Telos=
Tujuan” yaitu mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Terdapat dua aliran
etika teleologi :
a.
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa
tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang
adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru
menjadi persoalan serius ketika drinya cenderung menjadi hedonistis, yaitu
ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
b.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari bahasa
Latin yakni “Utilis= Bermanfaat”. teori
ini mengemukan bahwa suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “The Greatest Happiness of The
Greatest Number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang besar.
2.
Deontologi
Istilah
deontologi berasal dari kata Yunani “Deon= Kewajiban” “ mengapa perbuatan
baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”. Deontologi menjawab “ karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang”. Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah Kewajiban. Pendekatan deontologi
sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori
etika yang terpenting.
3.
Teori
Hak
Dalam
pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban
bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.
4.
Teori
Keutamaan (Virtue)
Teori
ini memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untul bertingkah laku secara moral.
Contoh
Keutamaan antara lain :
-
Kebijaksanaan
-
Keadilan
-
Suka bekerja keras
-
Hidup yang baik
Egoism
Egoism
merupakan suatu bentuk ketidakadilan kapada orang lain. Inti dari pandangan egoism adalah tindakan dari setiap orang
pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi untuk memajukan
dirinya sendiri. Hal seperti ini juga dapat dijadikan satu-satu tujuan dari
tindakan moral setiap manusia. Egoism
ini baru menjadi persoalan serius ketika seseorang cenderung menjadi hedoistis, yaitu ketika kebahagiaan dan
kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang
bersifat vulgar.
Fokus
dari teori ini adalah “one should always
act in one’s own best interst”. Self inters
berbeda arti dengan selfishness
karena memenuhi kepentingan pribadi (self
interst) merupakan sesutu yang baik, sedangkan selfishness terjadi ketika pemenuhan kepentingan pribadi merugikan
pihak lain.
Egoism
tidak cocok dengan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Egoism tidak mampu
memecahkan masalah ketika perselisihan muncul.
Egoism
memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari “aku adalah”. Kuantitas pribadi
mereka Egoitisme berarti menempatkan
diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk
yang dicintai atau dianggap sebagai “dekat”, dalam lain hal kecuali yang
ditetapkan oleh egois itu.
Teori
egoisme atau egoitisme diungkapkan oleh Friedrich Wilhelm Nietche yeng merupakan
pengkritis keras utilitarianisme dan juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial.
Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang harus memberikan manfaat kepada
diri sendiri. Selain itu, setap perbuatan yang baik dari satu perbuatan yang
buruk jika merugikan diri sendiri.
Kata
“Egoisme” merupakan istilah yang
berasal dari bahasa Latin yakni “Ego”,
yang berasal dari kata Yunani kuno yang masih digunakan dalam Yunani modern – “Ego” yang berarti “Diri” atau “Saya”,
dan –isme, digunakan untuk
menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara
etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis.
2 . Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Etika Bisnis
Dalam menciptakan
etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu :
a. Pengendalian
Diri
Pengendalian
diri artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam
bentuk apapun.
Disamping
itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun
keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga
harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitar. Inilah etika bisnis yang “etis”.
b. Pengembangan
Tanggung Jawab Sosial (Social
Responsibility)
Pelaku
bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks
lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk
menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi
perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan
kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan
excess demand pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitar.
Daftar
Pustaka